About Life

Life is the most beautiful gift from God. Because we can know the people we love and those who love us. The goal is to make them happy with the way us and what we have. So make them happy with the way your best.

Minggu, 01 Juni 2014

Pengaruh Suku Bunga Terhadap Nilai Tukar Rupiah serta Kondisi di beberapa Negara ASEAN



Faktor yang mempengaruhi naik atau turunnya suatu nilai tukar mata uang terhadap mata uang lainnya (termasuk nilai tukar rupiah) adalah…
1. Tingkat inflasi
2. Aktivitas neraca pembayaran
3. Perbedaan suku bunga di berbagai negara
4. Tingkat pendapatan relatif
5. Kontrol pemerintah
6. Export-import
7. Ekspektasi   1

Perubahan tingkat suku bunga di suatu negara akan mempengaruhi arus modal internasional. Pada prinsipnya, kenaikan suku bunga akan merangsang masuknya modal asing Itulah sebabnya di negara dengan modal lebih tinggi tingkat suku bunga masuk, permintaan untuk meningkatkan mata uang, dan itu menjadi mahal. Pergerakan modal, terutama spekulatif “uang panas” meningkatkan ketidakstabilan neraca pembayaran.
Suku bunga mempengaruhi operasi pasar valuta asing dan pasar uang. Ketika melakukan transaksi, bank akan mempertimbangkan perbedaan suku bunga di pasar modal nasional dan global dengan pandangan yang berasal dari laba. Mereka lebih memilih untuk mendapatkan pinjaman lebih murah di pasar uang asing, dimana tingkat lebih rendah, dan tempat mata uang asing di pasar kredit domestik, jika tingkat bunga yang lebih tinggi. Di sisi lain, kenaikan nominal suku bunga di suatu negara menurunkan permintaan untuk mata uang domestik sebagai tanda terima kredit yang mahal untuk bisnis. Dalam hal mengambil pinjaman, pengusaha meningkatkan biaya produk mereka yang, pada gilirannya, menyebabkan tingginya harga barang dalam negeri. Hal ini relatif mengurangi nilai mata uang nasional terhadap satu Negara.

Pertumbuhan ekonomi  ASEAN juga mencatat angka fantastis. Pada tahun  2010, pertumbuhan ekonomi kolektif ASEAN tercatat 7,5%. Sejumlah kalangan memprediksi dalam empat tahun ke depan pertumbuhan ekonomi ASEAN masih berkisar 6%. Majunya perdagangan kawasan ASEAN disebabkan karena tingkat keterbukaan ekonomi yang relatif besar di negara–negara kawasan ASEAN. Hal ini desebabkan karena negara–negara ASEAN masih tergolong negara berkembang, sehingga banyak melakukan perdagangan dan memiliki FDI yang masih tinggi SEAN juga telah memberlakukan liberalisasi perdagangan bagi negara anggotanya melalui AFTA (ASEAN Free Trade Area).

AFTA merupakan salah satu cara untuk mendukung berkembangnya pasar regional antara sesama negara ASEAN dengan tujuan menurunkan tarif untuk perdagangan intra–regional hingga 0%. Pengurangan hambatan tarif di internal ASEAN membuat perdagangan barang ASEAN naik sebesar 32,9% di 2010 dengan nilai perdagangan 2,04 triliun dollar AS. Dengan kenaikan tersebut, kontribusi perdagangan intra-ASEAN dengan perekonomian global turut naik dari 24,5% (2009) menjadi 25,4% (2010). Artinya, seperempat perdagangan dunia terjadi di wilayah ASEAN. Salah satu faktor yang mempengaruhi aliran barang dan jasa antar negara adalah nilai tukar riil suatu negara terhadap mata uang asing. Nilai tukar riil sangat penting dalam menentukan daya saing terhadap ekspor dan impor suatu negara. Sistem nilai tukar yang diterapkan suatu negara tergantung dari kebijakan yang ditempuh Negara.

Disamping AFTA memberikan dampak positif bagi Negara-Negara ASEAN (termasuk Indonesia), AFTA juga dapat memberikan dampak buruk bagi suatu Negara yaitu penurunan industry dari suatu Negara, yang dapat menyebabkan kurang lakunya suatu produk dari suatu Negara. Dan ketatnya suatu persaingan memungkinkan terjadinya “adu sikut” diantara Negara-Negara di ASEAN baik secara langsung maupun tidak langsung.


Diawal tahun 2013 bank indonesia mematok suku bunga acuan (BI rate) sebesar 5,75%. Pada tanggal 12 september 2013 bank indonesia kembali menaikan BI rate menjadi 7,25%. Keputusan BI menaikan suku bunga acuan diambil untik membantu menjaga kurs mata uang rupiah agar tidak jatuh lagi karena suku bunga dalam rupiah jadi lebih atraktif. Kebijakan ini juga sebagai bagian dari langkah bank sentral dalam menekan defisit transaksi berjalan. Bank sentral juga memutuskan untuk menaikan suku bunga Lending Facility (LF) menjadi 7,25% dan suku bunga Deposit Facility (DF) menjadi 5,5%.

Berdasarkan data pada tabel di atas, Vietnam merupakan negara ASEAN yang mengalami depresiasi nilai tukar terhadap US$ setiap tahunnya. Sedangkan beberapa 7 negara seperti Indonesia, Myanmar dan Thailand mengalami fluktuasi nilai tukar yang tajam. Nilai tukar mengalami apresiasi dan depresiasi dari tahun ke tahun. Sementara Brunei, Laos, Malaysia, Philipina, dan Singapura mengalami apresiasi nilai tukar terhadap US$ setiap tahunnya. Perubahan sistem nilai tukar yang diterapkan tentunya akan berimplikasi terhadap karakteristik fluktuasi nilai tukar dan pengaruhnya terhadap perekonomian (Zuhroh dan Kaluge 2007:59).

Beberapa penelitian menunjukkan adanya perubahan nilai tukar suatu mata uang mempunyai pengaruh terhadap perubahan neraca perdagangan dan perubahan output. Perubahan nilai tukar riil mempengaruhi harga relatif produk akan lebih murah atau lebih mahal terhadap produk negara lain, sehingga seringkali nilai tukar digunakan untuk meningkatkan daya saing. negara ASEAN harus memperhatikan pergerakan nilai tukarnya. Dalam menghadapi integrasi ekonomi yang akan dilakukan Negara ASEAN dalam beberapa waktu ke depan, diharapkan dapat menekan fluktuasi nilai tukar yang terjadi. 

Sumber :

http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2014/04/08/-1396957338.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar